BincangSyariah.Com– Berikut biografi Profesor Quraish Shihab seorang intelektual muslim Indonesia, dan pakar Ilmu Tafsir kontemporer. Berbicara mengenai Prof. Quraish Shihab maka memori kita pasti akan tertuju kepada sosok yang kerap kali kita saksikan mengisi acara kultum, dan kajian tafsir sebelum berbuka puasa di beberapa stasiun TV Nasional.
Namun, ia bukanlah hanya seorang figur pengisi acara kultum belaka, melainkan juga seorang pakar ilmu tafsir dan salah satu penggagas sekaligus Direktur Pusat Studi Al-Qur’an dan Bait Al-Qur’an, sebuah lembaga yang mempunyai visi untuk mencetak para pakar-pakar dan cendekiawan Al-Qur’an di Indonesia.
Kepakarannya dalam bidang ilmu tafsir dapat dilihat dari karyanya yang fenomenal, yaitu tafsir Al-Misbah. Dilansir dari salah satu artikel yang berjudul “Fenomena Tafsir Al-Misbah: Buah dari Ketelitian dan Kejujuran” yang ditulis oleh Muhtar S. Syihabuddin, Tafsir Al-Misbah adalah merupakan karya lanjutan dari penulisan tafsir Prof. Quraish shihab pada tahun 1997 yang dianggap terlalu datar.
Untuk itu, maka pada tahun 2000 hingga 2004 ia mulai merivisi karya sebelumnya dengan menuliskan tafsir Al-Qur’an yang menyajikan penjelasan yang lebih mencerahkan, menentramkan, serta memberikan kesan yang benar dan meluruskan berbagai kekeliruan denga merujuk kepada sumber hadis-hadis shohih.
Biografi Profesor Quraish Shihab
Prof. Quraish Shihab atau yang memiliki nama lengkap Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab, M.A, adalah merupakan putra dari Prof. KH. Abdurrahman Shihab dan Asma Aburisy. Dilansir dari m.liputan6.com disebutkan bahwasanya ia merupakan keturunan Arab Hadhromi golongan alawiyyin bermarga Aal Shibab-Uddin.
Ia dilahirkan pada tanggal 16 Februari 1944 tepatnya di kota Rappang, Sulawesi Selatan.Kepandaian dan kecerdikannya dalam bidang ilmu tafsir tidak terlepas dari dorongan sang Ayah dalam mendidik dan menjadi contohnya dalam semangat menimba ilmu.
Dilansir dari sc.syekhnurjati.ac.id Prof. KH. Abdurrahman Shihab dikenal sebagai seorang figur dan tokoh pendidikan di Sulawesi Selatan, kontribusinya dalam dunia pendidikan dilihat dari usahanya dalam menyatukan dua perguruan tinggi di Ujung Pandang, yaitu Universitas Muslim Indonesia dan IAIN Alauddin Ujung Pandang.
Motivasi Prof. Quraish Shihab dalam menggeluti bidang studi tafsir merupakan dorongan dan benih-benih kecintaan yang diajarkan oleh sang Ayah yang selalu memberikan nasihat kepada anak-anaknya yang kebanyakan berupa ayat-ayat Al-Qur’an.
Masa kecilnya ia habiskan guna menimba ilmu di lembaga pendidikan formal di Rappang, dan menimba ilmu Al-Qur’an yang diajarkan langsung oleh ayahnya. setamat dari pendidikan dasar ia hijrah ke kota Malang guna melanjutkan pendidikan tingkat pertama sekaligus nyantri di salah satu pesantren di kota Malang, tepatnya di Pondok Pesantren Daarul Hadis al-Faqihiyyah yang merupakan pondok khusus penghafal dan pengkaji hadis-hadis Nabi yang diasuh oleh Habib Abdul Qadir Bilfaqih.
Rasa kecintaan dan semangat belajarnya tidak berhenti di kota Malang, setamat dari pesantren ia melanjutkan perjalanan ilmiah keduanya ke Mesir. Prof. Quraish Shihab melanjutkan studinya di kelas I’dadiyah Madrasah Aliyah Al-Azhar. Masuknya ia di kelas ini karena mendapatkan beasiswa dari pemerintah daerah Sulawesi.
Perjalanan pendidikannya tidak hanya sebatas di Madrasah Aliyah Al-Azhar melainkan juga hingga ke jenjang Universitas Al-Azhar hingga mendapatkan gelar Lc pada tahun 1967 dalam program studi Tafsir Hadis, dan gelar M.A pada tahun 1969 di program studi yang sama. Keduanya ia selesaikan dengan predikat Mumtaz (Camlaude).
Dilansir dari repo.iaintulangagung.ac.id pada fase pendidikannya di Al-Azhar, Prof. Quraish Shihab tidak hanya mendapatkan bimbingan dan pendidikan di kelas formal belaka, melainkan juga sering mendapatkan pendidikan di kelas non formal dengan bertalaqqi dengan beberapa syaikh di lingkungan Al-Azhar.
Diantara syaikh yang paling berpengaruh dalam membentuk logika berfikirnya terkhusus dalam bidang tafsir adalah Syaikh Abdul Halim.
Setamat dari Al-Azhar, pada tahun 1973 ia dipanggil kembali ke Sulawesi untuk membantu ayahnya yang saat itu menjabat rektor di IAIN Alaudin Ujung Pandang dan diamanahi untuk membantu menjabat sebagai wakil rektor bidang akademik.
Setelah kurang lebih sebelas tahun mengabdi dalam bidang akademik di kampung halamannya, ia kembali ke Al-Azhar guna melanjutkan pendidikannya guna mendapat gelar doktor dalam bidang ilmu tafsir.
Setelah menyelesaikan program doktornya, ia kembali pulang ke kampung halaman dan kembali mengajar di IAIN Alauddin Makassar, namun pengabdiannya di Makassar tidak berlangsung lama.
Tepatnya pada tahun 1984 ia dipindah tugaskan ke IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, di IAIN Jakarta inilah karir akademiknya mencapai kegemilangan, hal ini terbukti dengan diangkatnya ia sebagai rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama dua periode (1992-1996 dan 1996-1998).
Berkat kecerdasan dan kepakarannya, Prof. Quraish Shihab juga pernah ditunjuk sebagai Menteri Agama pada masa-masa akhir Orde Baru, dalam sebuah penelitian yang berjudul “Biografi Intelektual Quraish Shihab” yang diterbitkan digital library UIN Sunan Gunung Jati disebutkan bahwa masa jabatannya di Kementerian Agama tidak berlangsung lama, dikarenakan tidak lama setelah penunjukannya sebagai Menteri, terjadi demonstrasi besar-besaran guna menggulingkan rezim orde baru.
Hingga dampaknya para menteri yang baru saja ditunjuk otomatis langsung dibubarkan. Namun pada era BJ. Habibie dan permulaan reformasi ia kembali diamanahi untuk menjadi Duta Besar untuk Republik Arab Mesir.
Prof. Quraish Shihab yang merasa belum mengabdi secara penuh kepada ummat, pada tahun 2004 ia mendirikan Pusat Studi Al-Qur’an sebagai sarana membumikan Al-Qur’an kepada masyarakat pluralistik dan mecetak kader pakar-pakar dan cendikiawan dalam bidang tafsir Al-Qur’an.
Selain seorang pakar ilmu tafsir, ia juga dikenal sebagai sosok figur yang selalu menengahi permasalahan melalui pemikiran-pemikirannya yang moderat. Salah satu pemikirannya yang penulis ingat adalah bagaimana menyikapi fenomena ustadz dan kajian yang menjamur di beberapa media online, Ia menegaskan bahwa pentingnya mencari guru atau ustadz yang berpahamkan Islam Wasathiyah, yaitu suatu
paham yang tidak ekstrim kekiri ataupun kekanan. Pemikiran yang menengahi setiap permasalahan dengan mengambil jalan tengah, seorang ustadz yang mau berargumen tapi juga mau menerima kritik dengan perdebatan yang baik. Maka itulah sosok ustadz yang berpahamkan moderat.
Pemikiran-pemikiran moderat Prof. Quraish Shihab tidak hanya sebatas ungkapan dalam kajian ataupun dalam acara-acara TV Nasional belaka, melainkan juga tertuang dalam beberapa karya-karya bukunya. Salah satunya adalah karyanya yang berjudul “Wasathiyyah; Wawasan Islam tentang Moderasi Beragama”.
Mengutip dari salah satu resensi mengenai buku ini yang ditulis oleh Alfan Maghfuri dalam judul “Moderasi Beragama dalam pandangan Quraish Shihab”, dalam tulisannya ia mengungkapkan bahwa dalam buku tersebut Prof. Quraish Shihab mengemukakan arti penting dalam konsep moderasi dengan menyajikan logika-logika ilmiah, salah satu logika ilmiah yang ia contohkan adalah bagaimana keseimbangan yang diciptakan Allah dalam penciptaan bumi yang dikutip dari pakar geologi.
Demikian penjelasan biografi Profesor Quraish Shihab. Semoga bermanfaat. [Baca juga: Konsep Kafir Menurut Quraish Shihab dan Implikasinya Terhadap Keindonesiaan]
Terkait
Desain Rumah Kabin
Rumah Kabin Kontena
Harga Rumah Kabin
Kos Rumah Kontena
Rumah Kabin 2 Tingkat
Rumah Kabin Panas
Rumah Kabin Murah
Sewa Rumah Kabin
Heavy Duty Cabin
Light Duty Cabin
Source link